Review Film The Closet: Film Horor Korea Selatan

Review Film The Closet: Film Horor Korea Selatan

Kamis, Maret 12, 2020


Liputan21 - Salah satu hal yang menjual dari film horor Korea Selatan The Closet adalah kehadiran dari aktor Ha Jung-woo yang akhirnya menjajal genre horor setelah melanglang buana dan mendapatkan kredit di ranah drama dan aksi.

Namun usai menyaksikan The Closet, agaknya Ha Jung-woo tak memiliki efek kuat dalam film ini. Justru, cerita The Closet sejatinya akan tetap bisa berjalan tanpa kehadiran aktor besar tersebut.

The Closet mengisahkan pencarian Sang-won (Ha Jung-woo) yang mencari putrinya, Yi-na (Heo Yool), yang menghilang secara misterius di rumah baru mereka yang aneh.

Padahal, Sang-won tengah berusaha memperbaiki hubungan dirinya dengan Yi-na pasca kecelakaan mobil yang merenggut nyawa istri Sang-won yang juga ibu dari Yi-na.

Kasus Yi-na ternyata bukan yang pertama. Gadis 11 tahun tersebut adalah kasus kesekian kalinya anak menghilang misterius. Kasus Yi-na ini kemudian menarik perhatian praktisi pengusir setan, Kyung-hoon (Kim Nam-gil).

Bersama Kyung-hoon, Sang-won pun berusaha mencari Yi-na yang konon 'ditarik' setan penghuni lemari ke dunia gaib.

Secara cerita, The Closet sebenarnya mengangkat mitos dan kepercayaan yang sudah ada dalam kehidupan masyarakat, seperti ada makhluk gaib yang bersembunyi di balik atau di dalam lemari.

Review Film: The ClosetReview film The Closet: film horor pertama Ha Jung-woo ini bukan hanya menjual jumpscare dan nuansa menakutkan semata.: (dok. CJ Entertainment via HanCinema)

Cerita setan di dalam lemari ini juga sudah diangkat di banyak film, ambil contoh mulai dari Poltergeist rilisan 1982 hingga The Conjuring pada pada 2013.

Kultur dan kepercayaan lemari sebagai 'pintu' dimensi lain juga pernah jadi salah satu rujukan dalam film anak-anak, Monster Inc pada 2001.

Meski sudah banyak referensi setan bermunculan dari dalam lemari, penulis dan sutradara The Closet, Kim Kwang-bin rupanya masih menganggap ide tersebut cukup menarik kembali diangkat apalagi sebagai proyek debut film panjang dirinya.

Namun untuk membedakan dengan narasi setan di lemari ala Barat, Kim Kwang-bin memasukkan unsur ritual pengusiran setan ala masyarakat Korea Selatan dan cerita hubungan orang tua-anak yang rajin diselipkan dalam film-film Negeri Gingseng.

Ide Kim Kwang-bin mengawinkan kultur setan di lemari dengan ritual ala Korea Selatan dan cerita hubungan orangtua-anak patut dinilai sebagai keputusan kreatif.

Apalagi, sejumlah lelucon ringan diselipkan Kim Kwang-bin dalam film ini meskipun hanya cepat dimengerti oleh mereka yang sering menyaksikan karya perfilman Korea Selatan.