Review Lengkap Film: Milea: Suara dari Dilan

Review Lengkap Film: Milea: Suara dari Dilan

Kamis, Februari 13, 2020


Liputan21 - Cerita cinta anak muda Dilan serta Milea bisa jadi dikisahkan sudah berakhir pada Dilan 1991 yang tayang tahun kemudian. Tetapi saat ini mereka kembali lewat film Milea: Suara dari Dilan, film ketiga sekalian penutup dari trilogi saga Dilan.

Cerita Milea: Suara dari Dilan saat ini bukan lagi tentang sejoli muda- mudi SMA yang kembali berpacaran, melainkan suara hati Dilan yang tertuang sepanjang menjalakan asmara dengan Milea.

Dengan kata lain, Milea: Suara dari Dilan merupakan klarifikasi Dilan( Iqbaal Ramadhan) atas cerita asmara dengan Milea( Vanesha Prescilla) yang dinarasikan dalam 2 film tadinya.

Cerita dalam film ini sendiri juga masih mengadaptasi cerita dari novel yang ditulis Pidi Baiq.

Milea: Suara dari Dilan dibuka dengan wujud Dilan berusia yang lagi menulis cerita cinta versinya usai membaca 2 novel dari cerita yang dikisahkan Milea.

Cerita diawali dengan cerminan sekilas latar balik keluarga serta masa kecil Dilan yang memanglah telah lumayan konyol saat sebelum berjumpa Milea.

Sehabis itu, 15 menit dini film dilanjutkan dengan beberapa kilas balik atas PDKT Dilan kepada Milea hingga kesimpulannya berpacaran, semacam yang dikisahkan pada film awal, Dilan 1990.

Macam kilas balik ini lumayan menolong untuk pemirsa pendatang baru yang melupakan 2 film tadinya.

Sisanya, alur Milea: Suara dari Dilan terbuat maju- mundur dengan peristiwa di Dilan 1991, paling utama kala ikatan Dilan- Milea mulai mengalami konflik.

Di antara konflik tersebut merupakan Dilan yang mulai cemburu dengan kedatangan laki- laki lain di sisi Milea, sampai setelah itu dia menyerah dengan Milea yang kukuh mengekang Dilan tidak lagi bergabung dengan geng motor.

Mengingat film ini terbuat bertepatan dengan Dilan 1991, perinci teknis sampai kedudukan masing- masing kepribadian tidak hadapi pergantian berarti.

Tercantum bermacam kekurangan yang terdapat di film kedua, semacam rambut sambungan Vanesha yang mengusik, riasan wajah yang sangat menor buat murid SMA, dan emosi sebagian kepribadian yang kurang hingga, juga masih terdapat dalam Milea: Suara dari Dilan.

Soal cerita, Fajar Bustomi yang dibantu si empunya cerita, Pidi Baiq, dalam penyutradaraan memanglah terbilang setia dengan cerita novelnya. Penggambaran cerita sebagian besar telah lumayan mewakili dari yang terdapat dalam novel.

Hendak namun, kala cerita dipindahkan ke media film, rasanya cerita ini hendak dapat lebih menarik apabila semenjak dini terdapat sudut pandang Dilan ikut serta dalam 2 film tadinya.

Model narasi yang saklek dengan novel itu membuat Milea: Suara dari Dilan sejatinya merupakan kumpulan foto nostalgia dari 2 film tadinya, dengan sebagian adegan yang diperpanjang serta menunjukkan suara hati Dilan.

Secara cerita, sudut pandang Dilan memanglah membuat cerita Dilan- Milea jadi lebih lengkap. Paling tidak, perihal itu membagikan ruang pembelaan kepada Dilan kalau permasalahan antara 2 anak muda itu tidak seluruhnya salah laki- laki muda itu semata.

Perpisahan Dilan- Milea juga pada kesimpulannya tergambar dengan jelas cuma sebab emosi labil anak muda serta gengsi semata, yang berujung penyesalan kala telah beranjak berusia.

Perihal itu nampak dari rasa serta kenangan yang masih nampak dari keduanya walaupun telah mempunyai pendamping masing- masing.

Terlepas dari romansa ikatan Dilan- Milea yang membuat banyak penggemarnya galau, adegan bapak Dilan dalam film ini tidak mampu membuat pemirsa menghabiskan air mata.

Ketidakmampuan itu sebab nuansa yang terbangun dalam adegan tersebut kurang dapat dieksekusi secara alami.

Catatan lain dari Milea: Suara dari Dilan merupakan penggambaran wujud pendamping itu kala telah berusia.

Sutradara serta film ini cuma tergantung pada pergantian tampilan luar dari Vanesha serta Iqbal buat menampilkan" wujud berusia", alih- alih mematangkan dari segi emosi dan kepribadian.

Amat disayangkan tidak terdapat pertumbuhan memuaskan dari 2 kepribadian utama dalam Milea: Suara dari Dilan, tidak hanya dari anak muda yang didandani selayaknya orang berusia.

Secara totalitas, Milea: Suara dari Dilan yang tayang semenjak 13 Februari 2020 di segala bioskop, cuma menggambarkan problema cerita cinta anak muda SMA yang tidak berakhir senang. Walaupun begitu, paling tidak film anak muda ini jadi penawar rindu para pencinta cerita Dilan serta Milea buat semata- mata bernostalgia.